Senin, 12 Agustus 2013

Khutbah Idul Fitri 2013

( خطبة عيد الفطر )
الله أكبر ( تسعاً نَسَقاً ، ثم يقول ) : الله أكبر عدد ما صام صائم وأفطر ، الله أكبر عدد ما هَلّل مهلّل وكبّر ، الله أكبر عدد ما التزم الملتزم ، الله أكبر عدد ما أفيض هناك من عبرة وندم ، الله أكبر الله أكبر ، لا إله إلا الله الله أكبر الله أكبر ولله الحمد . الحمد لله الذي سهَّل للعباد طريق العبادة ويسر . وأفاض عليهم من خزائن جوده التي لا تحصر . وجعل لهم عيداً يعود في كل عام ويتكرر . نقّاهم به من دون الذنوب وطهَّر . فما مضى شهر الصيام إلا وأعقبه أشهر الحج إلى بيته المطهّر . أحمده سبحانه على نعمه التي لا تحصر . وأشكره وهو المستحق لأنْ يُحْمدَ ويشكر . وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له خلق فقدّر ، ودبّر فيسر . وأشهد أن محمداً عبده ورسوله صاحب اللواء والكوثر . اللهم صل على محمد وعلى آله وصحبه ما لاح هلال وأنور ، وسلم تسليما كثيراً .
 أما بعد فيا عباد الله اتقوا الله تعالى واعلموا أنه ليس السعيد من أدرك العيد ولبس الجديد ، وخدمته العبيد ، إنما السعيد من اتقى الله فيما يبدي ويعيد ، وفاز بجنة نعيمها لا يفنى ولا يبيد ، ونجى من نار حرها شديد وقعرها بعيد، وطعام أهلها الزقوم وشرابهم الصديد ، ولباسهم القطران والحديد . واعلموا أن الله تعالى أمركم ببر الوالدين وصلة الأرحام ، والصبر على فجائع الأيام ، والإحسان إلى الضعفاء والأيتام ، قال تعالى  واجتنبوا الربا في المبايعات فإنه من أكبر السيئات ، ومن السبع الموبقات ، قال تعالى ! ( يا أيها الذين آمنوا اتقوا الله وذروا ما بقي من الربا إن كنتم مؤمنين فإن لم تفعلوا فأذنوا بحرب من الله ورسوله ) ! . عباد الله أوفوا المكاييل والموازين ولا تبخسوا الناس أشياءهم ولا تعثوا في الأرض مفسدين . واتقوا الذي خلقكم والجبلة الأولين ، الله أكبر الله أكبر . لا إله إلا الله ، الله أكبر الله أكبر ولله الحمد .

Saudaraku Kaum Muslimin Rahimakumullah…..
Telah tiba masa yanga dinantikan oleh kaum muslimin sekaligus nestapa bagi pemburu murka yakni Iblis laknatullah. Sekiranya kita perhatikan dari jejak sejarah mereka yang telah bersumpah serapah menyesatkan manusia hingga hari pembalasan nanti, Iblis tak pernah menyatakan dirinya berputus asa menggoda hati manusia masuk  ke dalam jurang neraka. Dan pada hari ini nyaris karya penyesatan mereka menjadi sia-sia karena semua dosa anak adam telah diampuni kecuali dosa yang berhubungan dengan mereka sendiri. Dan hanya manusia yang menjaga kemurnian tauhid dalam hatinya terbebas dari belenggu bujuk rayu syetan yang hina. Karena itu marilah sejenak mendalami apa arti puasa bagi diri, keluarga, maupun ihwal kita sebagai bangsa. Dalam surat al –Baqarah ayat 183, Allah Ta’ala telah berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُون
Artinya;
“Hai orang-orang yang beriman telah diwajibkan atasmu berpuasa sebagaimana diwajibkan puasa atas orang-orang sebelum kamu agar kamu menjadi orang yang bertaqwa”.
Berkenaan dengan penunjukan kepada orang-orang yang beriman jelasnya ayat tersebut mengandung makna tauhid yang mendalam. Karenanya menyitir kedalaman makna pemanggilan kepada orang beriman tersebut, Allah Ta’ala menyebut puasa sebagai urusan sangat pribadi antara hambanya yang berpuasa dengan dirinya sendiri. Sepribadi itu urusan berpuasa hingga dinyatakan bahwa bau mulut tak sedap mereka yang berpuasa lebih harum daripada  semerbaknya wewangi bunga surga. Inilah makna cinta yang mengharu-biru di antara Pencipta dan hambaNya. Karena tak akan ada penerimaan indera manusia merasa manis dari kepahitan kecuali sukma yang telah dicintai Dzat Maha Tulus.  Sebuah kisah percintaan semesta raya. Percintaan yang tiada duanya. Cinta yang tidak didasari syahwat kebinatangan. Cinta yang didasari kemahaindahan. Cinta Ilahi Rabbi. Inilah ketulusan, keikhlasan dari makna puasa. Karenanya rekat ketulusan tak lekang oleh lemparan racun Iblis sekalipun.
Dalam beberapa tafsir ulama disebutkan bahwa puasa yang diwajibkan kepada umat Muhammad ini telah sejak semula juga telah diwajibkan bagi umat terdahulu. Dikatakan Sya’bi bahwa kaum Nasrani juga diwajibkan  berpuasa dalam bilangan tiga puluh hari juga. Namun bila mereka mendapati puasa pada musim panas, lantas dipindahkannya waktu puasa pada saat antara musim panas dan dingin. Alih-alih atas pemindahan waktu itu, mereka menambah puasa dengan dua puluh hari sebagai penebusan dosa mereka dan kompensasi atas penggantian hari tersebut.
Kaum Yahudi diwajibkan puasa tiga hari pada bulan Asyura dan tiga hari setiap bulan. Tata cara puasa mereka sebelum disyariatkannya puasa Ramadan adalah tidak diperkenankan makan sesudah tidur. Puasa seperti ini telah dialami Umar bin Khattab dan Ibnu Qois bin Sharmah. Bagi kaum Muslim, Allah Ta’ala telah memulyakan puasa mereka dengan diperkenankannya makan dan minum setelah tidur. Karena itu, Rasulullah SAW bersabda,”Makan Sahur adalah perbedaan puasa antara kaum Muslim dan Ahli Kitab”.
Saudaraku Kaum Muslimin Rahimakumullah…..
Allah mengharapkan puasa ini sebagai sarana menuju ketakwaan. Ketakwaan dalam hubungannya dengan puasa ini terdapat dua makna. Pertama, ketakwaan dalam pengertian pengendalian diri dari hal-hal yang diharamkan dalam puasa seperti makan, minum, dan bersetubuh. Kedua, dinyatakan puasa merupakan pra-syarat mutlak (conditio sin qua non) menuju ketakwaan dalam arti sesungguhnya yakni pembersihan diri, pengendalian keinginan maupun menghilangkan sifat-sifat tidak terpuji dalam diri manusia seperti keinginan dipuji orang lain, merasa tinggi dan lebih, rasa ingin menunjukkan kelebihan diri pada orang lain. Karenanya, puasa ini dinamakan dengan puasa Ramadan yakni puasa yang membakar segala sifat tercela tersebut.  
Saudaraku Kaum Muslimin Rahimakumullah…..
Perjalanan panjang telah kita lalui. Sementara hari-hari yang akan datang lebih panjang dari apa yang telah kita lalui. Tiga puluh hari kita berpuasa, sementara sebelas bulan lagi harus kita jalani. Hidup kita telah berjalan dalam bilangan tahun yang panjang. Sementara dalam kematian, kita dapati hari-hari yang amat panjang dalam kesendirian. Hari-hari di dunia telah amat panjang dan melelahkan. Sementara hari keabadian telah nyata senyata-nyatanya dijanjikan. Semuanya pasti menemui akhir. Karenanya, apa yang harus kita lakukan ?.
Saudaraku Kaum Muslimin Rahimakumullah…..
Hari ini dinyatakan sebagai hari kemenangan. Kembalinya seseorang dari peperangan yang maha dahsyat memerangi hawa nafsu diri sendiri. Sahabat Abu Bakar adalah salah satu dari sekian manusia yang dapat menarik hikmah terdalam di kehidupan ini dari puasa. Ketika bulan puasa dinyatakan sebagai bulan tauhid. Keimanannya telah ditunjukkan dalam berbagai peristiwa. Namun yang luput dari perhatian kita yang semestinya perlu diperhatikan adalah bagaimana beliau menyikapi hidup dari keimanannya.
Saudaraku Kaum Muslimin Rahimakumullah…..
Pada umumnya manusia mengharapkan adanya keberhasilan atau yang sejenis. Keberhasilan itu lantas dirayakan dengan berbagai cara. Meski bersusah payah merayakan keberhasilan itu, kadang-kadang bukan keberhasilan yang dirayakan. Lebih dari itu, perayaan itu justru menambah beban dan permasalahan. Bagaimana tidak seseorang yang berkeinginan merayakan keberhasilannya justru ditimpa banyak permasalahan. Yakni memaksakan kehendaknya seakan-akan telah merayakan keberhasilannya. Padahal keberhasilan yang dicapai adalah semu semata.
Saudaraku Kaum Muslimin Rahimakumullah…..
Pada saat turun surat al-Maidah ayat 3 yang berbunyi;

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“Hari ini, telah Aku sempurnakan Agamamu dan Aku sempurnakan nikmatKu kepadamu dan Aku ridai Islam sebagai agamamu”.
Ayat ini turun kepada Nabi SAW dalam rentang waktu 81 hari dari wafatnya. Ketika dibacakan ayat ini, sontak para sahabat gembira sebagai perwujudan telah sempurna nya syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Namun, di sisi lain, Abu Bakar justru menangkap isyarat yang berbeda dari apa yang dirasakan sahabat pada umumnya. Menurut Abu Bakar, ayat ini justru memberikan petunjuk dekatnya perpisahan Nabi dengan para Sahabatnya.  Datangnya kesempurnaan menunjukkan dekatnya kebinasaan. Pada saat yang sama ketika para sahabat dipenuhi rasa kegembiraan, Abu Bakar justru merasakan sebaliknya. Beliau merasakan duka yang amat mendalam. Sontak air matanya berlinang tanda duka segera tiba. Dan tangispun tak tertahankan. Inikah indera tajam bagi orang yang telah dinyatakan imannya lebih berat dari penghuni langit dan bumi itu ?.
Saudaraku Kaum Muslimin Rahimakumullah…..
Banyak orang yang tertipu dengan penampakan kasat mata yang membujuk rayu. Terlihat indah, namun berduri. Tampak nyata, namun sirna. Seakan-akan kelezatan, tapi membuat sakit. Sebagai contoh. Ada orang yang mengalami sakit parah. Namun pada satu waktu menunjukkan tanda akan hadirnya kesembuhan. Hidupnya akan lebih panjang. Dan kenyataannya, dalam waktu yang tidak lama, ia justru meninggal dunia.  Pada saat yang sama, kita jumpai peristiwa perayaan kelulusan putra-putra bangsa yang dilakukan dengan berfoya-foya. Sekedar melampiaskan kesenangan sesaat setelah menghadap ujian. Padahal mereka yang merayakannya secara berlebihan justru menangguk masa depan yang suram. Seakan hari-harinya hanya dilalui dengan pesta. Dan pesta selalu berakhir. Inilah genderang simbol kemewahan dunia yang diagungkan oleh orang-orang yang bernabi Marx itu.
Saudaraku Kaum Muslimin Rahimakumullah…..
Berkaitan dengan paparan di atas, meski kita telah mendapat hari kemenangan yang dinamakan sebagai hari Raya Idul Fitri dan diperbolehkannya menampakkan kegembiraan dan kesukariaan karena telah menjalankan puasa sealama satu bulan penuh, mestinya selalu merenung dengan kejadian-kejadian masa lalu. Perlunya merefleksikan diri dari jati diri kita sebagai individu, keluarga maupun bangsa. Bila puasa dimaknai dari sisi individu, maka kepekaan hati akan menjadi lebih tajam. Pada saat kita puasa, masih banyak saudara kita yang tidak dapat menikmati santapan berbuka secara memadai. Seyogyanyalah kita lebih banyak berbagi dengan sesame sebagai wujud keimanan dan ketulusan dan bukan wujud kepentingan duniawi. Lebih-lebih kepentingan untuk banyak dipuji orang lain.
Dalam dimensi keluarga, senada dengan panggilan puasa bagi orang-orang beriman, Allah Ta’ala telah berfirman dalam Surat at-Tahrim ayat 6 yang berbunyi,
يا أيها الذين آمنوا قوا أنفسكم وأهليكم ناراً وقودها الناس والحجارة عليها ملائكة غلاظ شداد لا يعصون الله ما أمرهم ويفعلون ما يؤمرون )
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, Jagalah dirimu dan keluargamu dari neraka dan bahan bakarnya manusia dan batu yang dijaga oleh malaikat yang keras lagi kasar dan tidak membangkang terhadap apa yng diperintahkan Allah dan melakukan apa yang diperintahkan”.
Jelasnya ayat ini memerintahkan kepada kita untuk selalu memerintahkan kepada keluarga berpuasa. Karena puasa merupakan salah satu sarana menjauhkan diri dari api neraka. Dapat dinyatakan bahwa neraka adalah tempat yang tidak menyenangkan, sarat dengan kemurkaan, tempatnya orang-orang yang lalai. Pada saat yang sama, manusia mengharap tempat kembali yang nyaman, penuh dengan kedamaian. Dan untuk mencapai tempat itu harus diupayakan dengan jalan pengendalian diri yang sempurna. Jalan itu adalah puasa. Karena itu, penjagaan manusia sebagai individu maupun keluarga adalah melaksanakan kendali diri dengan memperbanyak puasa.
Saudaraku Kaum Muslimin Rahimakumullah…..
Dalam dimensi bangsa, puasa menjadi sarana penentu kemajuan bangsa.  Bila ruh puasa telah menyatu ke dalam jati diri bangsa, maka semua kebajikan dan pengampunan Allah menjadi sarana kemakmuran dan kesejahteraan bangsa. Bertebar kesejahteraan dan kemakmuran sebagai akibat pengendalian diri. Bagaimana mungkin bagi mereka yang berpuasa terlibat dalam kasus korupsi sementara ia telah dengan sungguh-sungguh melakukan puasa. Negara sejahtera dengan pemimpin yang amanah. Negeri makmur tanpa penyalahgunaan wewenang. Negeri loh jinawi tanpa monopoli. Negara makmur karena dirahmati Tuhan yang maha pengampun. Dan puasa merupakan sarana menggapai pengampunan itu. Sebagaimana digambarkan al-Quran dalam Surat Saba’ ayat 15 yang berbunyi,
لقَدْ كَانَ لسَبَأٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ جَنَّتَانِ عَنْ يَمِينٍ وَشِمَالٍ كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لهُ بَلدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُور ٌ
Artinya;
“Sungguh bagi Kaum Saba’ terdapat tanda kekuasaan Allah di kediaman mereka dua kebun di samping kanan dan kiri. Makanlah dari Rizki Tuhanmu dan bersyukurlah kepadaNya. Negerimu adalah negeri yang makmur dan Tuhanmu adalah Maha Pengampun”.
Ilustrasi negeri Saba’ merupakan negeri yang diberkahi oleh Allah. Dikatakan bahwa Allah menurunkan 13 Nabi di negeri tersebut. Negeri yang sekarang dikenal dengan Yaman itu telah berkembang sebagai negeri yang aman dan damai. Hal ini memberi harapan bahwa adanya manusia yang dekat dengan Allah memberi pengaruh bagi kelangsungan kehidupan negeri yang makmur. Karenanya, meski nabi tidak diturunkan Allah, namun ulama mempunyai kontribusi menghubungkan kehidupan bernegara dan berbangsa dengan unsur ketuhanan. Inilah negeri yang senantiasa diberkahi Allah dengan kehidupan yang aman dan makmur. 
Saudaraku Kaum Muslimin Rahimakumullah…..
Sungguh puasa yang kita lakukan mudah-mudahan dapat membuahkan dimensi luas terbebasnya kita dari neraka. Neraka sebagai akibat dari ketidakmampuan kita mengendalikan diri sebagai individu, keluarga maupun bangsa. Sebaliknya puasa yang dilaksanakan dengan sesungguhnya dalam dimensi luas maupun khusus akan memberikan peran penting bagi kehidupan masyarakat. Jika makna terdalam dari puasa telah tertangkap, sungguh akan muncul keinginan menjadikan seluruh waktu hidup di dunia ini menjadi puasa. 
Saudaraku Kaum Muslimin Rahimakumullah…..
Ketika kesempurnaan Islam sebagai agama  menjadikan Abu Bakar bersedih hati sebagai pertanda perpisahan dengan baginda Rasulullah SAW. Para malaikat, langit dan bumi juga merasakan hal yang sama. Merasa berat hati berpisah dengan Ramadan yang dirindukan.

إِذَا كَانَ آخِرُ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ بَكَتْ السَّمَاوَاتُ وَاْلأَرْضُ وَالْمَلاَئِكَةُ مُصِيْبَةٌ ِلأُمَّةِ مُحَمَّدٍ ، قِيْلَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَيُّ مُصِيْبَةٍ هِيَ؟ قَالَ: ذِهَابُ رَمَضَانَ فَإِنَّ الدَّعَوَاتِ فِيْهِ مُسْتَجَابَةٌ، وَالصَّدَقَاتُ مَقْبُوْلَةٌ وَالْحَسَنَاتِ مُضَاعَفَةٌ، وَاْلعَذَابَ مَدْفُوْعٌ

Pada waktu akhir malam Ramadan, langit, bumi dan Para malaikat menangisi musibah yang menimpa umat Muhammad SAW. Dikatakan, Ya Rasulullah, Musibah apakah itu ?. Rasulullah menjawab :”yakni perginya Ramadan, karena do’a-do’a dikabulkan, Shadaqah diterima, kebaikan dilpatgandakan pahalanya, dan siksa tolak”.
Saudaraku Kaum Muslimin Rahimakumullah…..
Mudah-mudahan ini menjadi renungan kita semua, di dalam menjalankan puasa memenuhi dimensi syariat dan hakikanya. Sungguh amat berat berpisah dengan Ramadan. Karenanya, tentu kita ingin Ramadan ada di setiap saat. Sebagai sarana penghubung makhluk dan Penciptanya. Sebagai pembuka pintu rahmatNya, menjemput pengampunan dan pembebas api neraka yang membara.
Akhirnya, melalui puasa Ramadan, mudah-mudahan kita dapat bertemu Dzat Allah SWT bertabur pengampunan dan rahmat pada hari akhir nanti.

بارك الله لي ولكم في القرآنالعظيم ، ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم ، أقول قولي هذافاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم
( الخطبة الأخيرة )
  الله أكبر ( سبعا نسقاً ) الحمد لله الذي خلق آدم من طين ، وجعل نسله من سلالة من ماء مهين . قسمهم بعلمه إلى أصحاب شمال وأصحاب يمين . قسمة كتبت فكتبت ، غير أن للسعادة والشقاوة عنواناً يستبين . أحمده سبحانه حمد أوليائه المتقين . وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له الملك الحق المبين ، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله الصادق الأمين . اللهم صل على محمد وعلى آله وأصحابه والتابعين . أما بعد فيا عباد الله اتقوا الله تعالى وأطيعوه وعظموا أمره ولا تعصوه . وعليكم بغضّ البصر فإن النظرة سهم من سهام إبليس . قال تعالى ! ( قل للمؤمنين يغضوا من أبصارهم ويحفظوا فروجهم ذلك أزكى لهم إن الله خبير بما يصنعون وقل للمؤمنات يغضضن من أبصارهن ويحفظن فروجهن ولا يبدين زينتهن إلا ما ظهر منها ) ! الآية . قال تعالى ! ولا تمش في الأرض مرحا إنك لن تخرق الأرض ولن تبلغ الجبال طولا ) ! وفي الحديث ' من جرَّ إزارَه خُيَلاءَ لم ينظر اللهُ إليه ' . واعلموا أن الله تعالى أمركم بأمر بدأ فيه بنفسه فقال تعالى : ! ( إن الله وملائكته يصلون على النبي يا أيها الذين آمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما ) ! اللهم صل وسلم على عبدك ورسولك محمد النبي الهاشمي العربي الأوفى . وارْضَ اللهم عن الأربعة الخلفا . والسادة الحنفا . أبي بكر وعمر وعثمان وعلي وعن سائر الصحابة أهل الصدق والوفا ، وعن التابعين ومن تبعهم بإحسان ولطريقتهم اقتفى ، وعنا معهم بعفوك وكرمك وإحسانك يا خير من تجاوز وعفا . اللهم أعزَّ الإسلامَ والمسلمين ، وأذِلَّ الشرك والمشركين ، واحم حوزة الدين ، واجعل هذا البلد آمناً مطمئناً وسائر بلاد المسلمين يا رب العالمين ، اللهم أقم علم الجهاد ، واقمع أهل الشرك والريب والفساد ، وانشر رحمتك على هؤلاء العباد ، يا من له الدنيا والآخرة وإليه المعاد .
 عباد الله : ' إن الله يأمرُ بالعدل والإحسان وإيتاء ذي القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغي يعظكم لعلكم تذكرون ، وأوفوا بعهد الله إذا عاهدتم ولا تنقُضوا الأيمان بعدَ توكيدِها وقد جعلتمُ اللهَ عليكم كفيلا ، إن الله يعلم ما تفعلون ' فاذكروا الله العظيم الجليل يذكركم ، واشكروه على نعمه يزدكم ، ولذكر الله أكبر.